Monday, May 6, 2013

Hentikan Diam Kita

Mungkin hampir semua orang menyadari bahwa kondisi yang mengelilingi kita saat ini adalah kondisi yang sangat memprihatinkan. Kondisi saat ini adalah kondisi yang rusak dan mengharukan. Jika disurvei mungkin akan terlihat bahwa sebagian besar masyarakat kita tidak senang dan tidak nyaman berada dalam kondisi saat ini.

Di bulan-bulan awal tahun yang baru ini ada baiknya jika kita menatap dulu ke belakang, apa gerangan yang sudah terjadi. Semoga dengan melakukan ini kita bisa menetapkan langkah dan menatap dengan jelas ke depan.

Hidup kita tidak akan pernah bisa dilepaskan dari gonjang-ganjing politik. Bahwa setiap kebijakan politik yang diambil pemerintah pastilah akan berimbas kepada kita dan seluruh rakyat. Sebab itulah sudah seharusnya rakyat melek politik. Dan seawam apapun rakyat, jika rakyat satu persatu ditanya, mungkin sebagian besar dari mereka akan menjawab bahwa kondisi politik negeri ini masih sangat memprihatinkan. Politik masih saja menjadi ajang dagang sapi antara eksekutif dan legislatif. Kedua belah pihak selalu saling menyandera dan persoalan politik sangat elitis (terlihat dari tingkah laku mereka yang hanya ingin menyelamatkan kedudukan dan partainya sendiri) dan tidak mengakar kepada penyelesaian masalah rakyat, dan rakyat hanya menjadi objek politik dari partai politik (parpol). Para elit parpol menggunakan posisinya untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Kongkalingkong antara eksekutif, legislatif, dan pengusaha masih berjalan. Kuatnya saling menyandera antarparpol sangat terlihat ketika Presiden SBY tak berani mengganti menteri-menteri yang diduga terlibat kasus korupsi. Reshuffle yang dilakukan presiden pada tahun kedua pemerintahannya tidak mengubah komposisi parpol dalam pemerintahan. Presiden hanya menambahkan wakil menteri. Semula hanya ada 6 wakil menteri, kini menjadi 19 wakil menteri. Sangat terlihat bahwa pemerintah hanya mengedepankan kepentingan parpol daripada kepentingan rakyat.

Kondisi penegakan hukum di negeri ini pun masih tebang pilih dan pilih tebang. Hukum tak ubahnya seperti pisau, yang tajam ke bawah (kepada rakyat) dan tumpul ke atas (kepada penguasa), sehingga hukum di negeri ini tidak bisa lagi dijadikan tempat mencari keadilan. Menurut survei yang dilakukan oleh JSI (Jaringan Survei Indonesia) pada Oktober 2011 terungkap bahwa sebanyak 51,5% masyarakat Indonesia merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah SBY dalam penegakan hukum. Masih menurut survei JSI, sejak Juli 2009 hingga Oktober 2011, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja penegakan hukum semakin menurun. Hanya 31,1% yang menyatakan bahwa penegakan hukum di negeri ini sudah sangat baik. Berbagai kasus korupsi dan jual beli pasal di DPR pun terjadi dan bukan isapan jempol belaka. Bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa di DPR itu “setiap pasal pasti ada pasar-nya.” Secara terbuka bahkan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyebutkan beberapa contoh, yakni kasus korupsi aliran dana YPP BI yang diduga mengalir ke DPR sebesar Rp. 31,5 miliar dan ke pengacara sekitar Rp. 68 miliar. Berikutnya kasus di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yakni dugaan suap untuk membayar UU APBN Perubahan. Yang lebih memperihatinkan adalah penggunaan dana abadi umat sebesar Rp. 1,5 miliar yan digunakan untuk membayar anggota dewan dalam mengegolkan UU Wakaf. Kasus-kasus besar seperti Century gate yang dulu kisruh saat ini nyaris tidak terdengar lagi. Presiden SBY yang katanya tidak tahu menahu ketika pengambilan kebijakan bailout itu dikeluarkan ternyata berdusta. Inisiator Pansus Century, Misbakhun, membeberkan surat-surat Sri Mulyani kepada SBY terkait soal Century. Adanya surat-surat tersebut membuktikan bahwa pernyataan SBY yang tidak tahu menahu tentang kasus Century itu hanyalah bohong belaka. Misbakhun menyatakan bahwa surat ini sifatnya sangat rahasia. Dalam surat tertanggal 13 November 2008 terungkap bahwa Sri Mulyani telah menyampaikan masalah Century ini kepada presiden (Tabloid Media Umat edisi 73, 6-19 Januari 2012). Ternyata pemimpin kita seorang pembohong dan ini adalah sebuah masalah besar.

Negeri ini pun terus tenggelam dengan kasus-kasus korupsi kelas kakap lainnya seperti kasus Nazaruddin, Nunun Nurbaiti, korupsi Wisma Atlet, kasus Gayus Tambunan, kasus rekening gendut PNS muda, dan banyak lagi yang lain. Benar saja jika rakyat negeri ini merasa tidak puas dengan kinerja penegakan hukum.

Kehidupan rakyat pun semakin sulit dengan melambungnya harga bahan-bahan pokok sampai pada tingkat harga yang hampir tidak masuk di akal rakyat kecil. Gelandangan, pengemis, dan anak jalanan menghiasai setiap sudut lampur merah. Menurut survei BPS, jumlah penduduk miskin Indonesia dengan pengeluaran lebih kecil dari Rp. 230 ribu sebulan, mencapai angka 30 juta jiwa. Jika ditambahkan dengan jumlah penduduk hampir miskin yang jumlah pengluarannya antara Rp. 233 – 280 ribu sebulan, maka jumlahnya meningkat menjadi 57 juta jiwa, atau 24% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah orang miskin dan orang yang hampir miskin.

Mungkin ada juga orang yang heran, “mengapa yang dilihat dari pemerintah itu kok yang jelek-jeleknya saja? Apakah sudah benar-benar tidak ada lagi bagusnya pemerintah itu?” Pemerintah sudah berhasil membuat pertumbuhan ekonomi tahun 2011 mencapai angka 6%, dan itu lumayan baik. Namun sayangnya pertumbuhan ekonomi ini tidak menetes juga ke bawah, dengan kata lain yang benar-benar menikmati pertumbuhan ekonomi yang 6% itu hanya para konglomerat dan para elit politik. Pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan pemerataan distribusi kekayaan. Lagi pula hal-hal buruk dari pemerintahan ini sudah kelewat banyak, karena itulah yang terlihat dan terasa saat ini hanyalah keburukan-keburukan saja.

Semua kondisi bobrok ini membuat kita harus melakukan sesuatu. Kita tidak boleh diam saja dengan semua kerusakan ini. Jika diam saja, maka kita tak ubahnya seperti setan yang bisu. Kita harus menghentikan diam kita dan melakukan sesuatu. Tapi apa?

Segala kerusakan ini disebabkan karena kita menerapkan ideologi kapitalisme-sekular-demokrasi yang akan selalu mementingkan nafsu serakah para kapitalis, dan menggadaikan rakyat. Solusi tuntas dari semua ini adalah dengan menggusur ideologi bobrok ini dan menggantinya dengan ideologi lain yang lebih baik. Ideologi apa itu? tentu saja agama kita sendiri, yaitu Islam. Sebuah pandangan hidup sempurna yang berasal dari Tuhan seru sekalian alam. Teruslah bergerak untuk memperlajari Islam dan mendakwahkannya. (follow @sayfmuhammadisa)

0 komentar:

Post a Comment