Live Streaming Muktamar Khilafah 2013 Jakarta

Saksikan Live Streaming Muktamar Khilafah 2 Juni 2013 Gelora Bung Karno, Jakarta

Aksi Rampak Bedug Muktamar Khilafah Sumut 26/5

Semarak Aksi Rampak Bedug Muktamar Khilafah Sumut 26/5/13. Dukungan kaum muslimin semakin besar terhadap tegaknya Khilafah

Dukungan Warga Medan Terhadap Syariah dan Khilafah

Stadion Teladan 26 Juni 2013 Menjadi saksi Dukungan Warga Medan Terhadap Syariah dan Khilafah

Jejak Syariah dan Khilafah di Sumatera

Gema syariah dan khilafah di Nusantara kian nyaring terdengar. Bahkan menurut sebuah harian Ibukota, diberitakan bahwa beberapa waktu lalu digelar debat terbuka di kampus Unpad Bandung bertemakan penerapan syariat Islam dengan pembicara dari Tokoh Islam, M. Ismail Yusanto dan fungsionaris Parpol Nasrani, Pdt Ruyandi Hutasoit.

Halqah Islam dan Peradaban

Pengamant Politik USU : Umat Islam harus pilih Ideologi Islam

Friday, February 22, 2013

Sekolah Utama

Al-Ummu madrasah al-ula (Ibu adalah sekolah pertama [bagi anak-anaknya]). Kata-kata hikmah ini sudah lama kita dengar. Bukan hanya ‘sekolah pertama’, ibu sejatinya adalah ‘sekolah utama’ bagi putra-putrinya. Jika ada seseorang menjadi ulama, ilmuwan, tokoh ternama, atau pahlawan ksatria, maka lihatlah ibu mereka. Tentu karena ibu berperan besar dalam membentuk watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya. Ia adalah sekolah pertama dan utama sebelum si kecil mengenyam pendidikan di sekolah mana pun.

Layaknya sekolah, ibu sejatinya adalah ‘gudang ilmu’, ‘pusat peradaban’ dan ‘wadah’ yang menghimpun sifat-sifat akhlak mulia. Hanya dari ‘sekolah’ semacam inilah lahir anak-anak yang shalih, cerdas, alim, berakhlak mulia, memiliki semangat jihad yang tinggi dan seluruh sifat-sifat agung Mukmin bertakwa. Pertanyaannya, sudahkah para ibu menjadi sekolah pertama dan utama; sebagai ‘gudang ilmu’, ‘pusat peradaban’, dan ‘wadah’ yang menghimpun seluruh sifat akhlak mulia? Jika belum, jangan harap dari mereka lahir anak-anak hebat; generasi Muslim istimewa dengan seluruh sifat kemuliaannya.

*****

Salah satu wanita yang tercatat dalam sejarah sebagai ‘gudang ilmu’, ‘pusat peradaban’ dan ‘wadah’ yang menghimpun sifat-sifat akhlak mulia adalah Ummu Sulaim ra. Ia adalah Ibunda Anas bin Malik ra.. Anas ra. pernah berkisah, sebagaimana dituturkan oleh Adz-Dzahabi: Suatu ketika Nabi saw. berkunjung ke rumah Ummu Sulaim ra. Nabi saw. menuju salah satu sisi rumahku, kemudian shalat sunnah dua rakaat dan mendoakan Ummu Sulaim ra. dan keluarganya. Lalu ibuku berkata kepada beliau, “Ya Rasulullah, aku memiliki hadiah khusus untukmu.” Beliau bertanya, “Apa itu?” Ibuku menjawab, “Orang yang siap membantu engkau. Dia Anas, anakku.” Seketika Rasulullah saw. memanjatkan doa-doa untukku hingga tak tersisa satu pun dari kebaikan dunia dan akhirat melainkan beliau doakan bagiku.

Alangkah besar kecintaan Ummu Sulaim ra. kepada Rasulullah saw. hingga ia rela menghadiahkan buah hatinya yang baru berumur delapan tahun kepada beliau.

*****

Ummu Sulaim ra. termasuk wanita yang cemerlang akalnya. Ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas ra. dan mewarnai perangainya.

Kecerdasan Ummu Sulaim ra. tampak, misalnya, saat ia hendak dilamar Abu Thalhah setelah suami pertamanya meninggal. Saat meminang dirinya, Abu Thalhah masih dalam keadaan musyrik. Karena itu Ummu Sulaim menolak pinangan Abu Thalhah sampai dia mau masuk Islam. “Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahi aku. Tidakkah engkau tahu, hai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu dipahat oleh budak dari suku anu,” sindir Ummu Sulaim. “Jika kau sulut dengan api, ia akan terbakar,” lanjutnya lagi.

Abu Thalhah pun berpaling dari rumah Ummu Sulaim ra. Akan tetapi, kata-kata Ummu Sulaim ra. tadi amat membekas di hatinya. “Benar juga,” gumamnya. Tak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keislamannya. “Aku telah menerima agama yang kau tawarkan,” kata Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim ra. Lalu berlangsunglah pernikahan mereka berdua. “Ummu Sulaim tidak meminta mahar apapun selain keislaman Abu Thalhah,” kata Anas ra. dalam suatu riwayat.

Adapun ketabahan Ummu Sulaim ra. tampak saat salah seorang putranya kesayangannya meninggal. Nama putranya itu adalah Abu Umair. Abu Umair tidak berumur panjang. Ia dipanggil oleh Allah ketika masih kanak-kanak. Anas ra. bercerita:

Suatu ketika Abu Umair sakit parah tatkala azan isya berkumandang. Seperti biasanya Abu Thalhah berangkat ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid, Abu Umair dipanggil oleh Allah. Dengan cepat Ummu Sulaim mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia berpesan kepada Anas agar tidak memberi tahu Abu Thalhah tentang kematian putra kesayangannya itu. Kemudian ia pun menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya.

Sepulangnya dari masjid, seperti biasa Abu Thalhah ra. menyantap makan malamnya memudian menggauli istrinya. Di penghujung malam, Ummu Sulaim ra. berkata kepada suaminya, “Bagaimana menurutmu keluarga si fulan? Mereka meminjam sesuatu dari orang lain, tetapi ketika diminta mereka tidak mau mengembalikannya; merasa keberatan atas penarikan pinjaman itu.” Jawab Abu Thalhah, “Tentu mereka telah berlaku tidak adil.”. Ummu Sulaim ra. berkata lirih, “Ketahuilah, sesungguhnya putramu adalah pinjaman dari Allah dan kini Allah telah mengambilnya kembali.” Jawab Abu Thalhah, “Inna lilLahi wa inna ilayhi raji’un.” Ia tampak pasrah.

Bagaimana dengan keberanian Ummu Sulaim ra.? Anas ra. menceritakan bahwa suatu ketika ayahnya, Abu Thalhah, berpapasan dengan Ummu Sulaim ketika Perang Hunain. Abu Thalhah melihat di tangan Ummu Sulaim ada sebilah pisau. Abu Thalhah segera melaporkan hal itu kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau,” kata Abu Thalhah.  Ummu Sulaim ra. berkata, “Ya Rasulullah, pisau ini sengaja kusiapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani mendekati aku.”

*****

Ummu Sulaim ra., sosok agung inilah yang melahirkan Anas bin Malik, salah satu dari tujuh sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Anas bin Malik ra. bahkan telah banyak ‘meluluskan’ ulama-ulama hebat dalam sejarah.  Tidak aneh karena Anas adalah seorang mufti, qari’, muhaddits dan perawi. Anas bin Malik ra. banyak mencetak sejumlah ulama dan orang-orang penting di antaranya adalah Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibn al-Munkadir, dan masih banyak nama lainnya.

Jangan lupa, kehebatan dan keagungan Anas bin Malik ra. hingga melahirkan banyak tokoh Islam salah satunya karena keberhasilan ibundanya, Ummu Sulaim ra., dalam memerankan ‘sekolah pertama dan utama’ bagi putra kesayangannya itu sejak ia masih kanak-kanak. Bagaimana dengan para ibu Muslimah saat ini?

Wama tawfiqi illa bilLah wa ‘alayhi tawakaltu wa ilayhi unib. [Arief B. Iskandar]

Thursday, February 21, 2013

Partai Islam Sama Saja: Ngibul,Tidak Bela Kepentingan Rakyat

SOLO – Dengan disetujuinya RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme oleh Komisi I DPR RI yang dipimpin oleh Adang Daradjatun dari Fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menunjukkan wajah asli para anggota dewan yang ada di DPR.

“Wajah dan perilaku anggota dewan sekarang ini sudah nampak jelas sekali ketidak berpihakannya kepada umat Islam yang mayoritas di negeri ini. Baik yang mengaku sebagai partai tengah ataupun yang mengaku sebagai partai dakwah maupun partai Islam,” ujar Ustadz Khoirul RS. ketua DPW FPI Surakarta kepada voa-islam.

Pasalnya, dengan disetujuinya RUU tersebut menjadi langkah awal “kemenangan” kalangan anti Islam untuk menghancurkan Islam dan umat Islam. Dan hal ini terbukti dengan disahkannya RUU tersebut menjadi UU (Undang-Undang) melalui rapat paripurna yang dihadiri 350 anggota DPR dan dipimpin oleh Priyo Budi Santoso wakil ketua DPR RI dari Partai Golkar di Jakarta pada selasa (12/2/2013) lalu.

“Pasal-pasal itu gagasan nasionalis dan kapitalis Zionis. Jadi saat sekarang ini umat Islam harus tegas dalam bersikap. Pasal-pasal itu semuanya menjerat ke kelompok Islam seperti FPI, JAT, HTI dan ormas islam lainnya yang dianggap “keras” oleh Pemerintah,” lanjutnya.

Dengan demikian, sudah semakin jelas sekali, bahwa partai yang ada di Indonesia saat ini tidak ada yang membela kepentingan umat Islam, sekalipun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menggembar-gemborkan dirinya sebagai partai dakwah.

Hal ini didasari karena PKS yang memegang jabatan sebagai ketua Pansus tidak mau secara tegas menolak RUU yang sangat mendzolimi dan merugikan umat Islam tersebut. Ini mencerminkan, PKS tidak ingin menegakkan syari’at islam seperti yang mereka serukan kepada kadernya dan para simpatisannya. Partai itu  justru ikut-ikutan menjadi partai “tikus” yang telah menggerogoti syari’at islam dari dalam.

“Anggota DPR entah dari partai manapun, termasuk yang mengaku sebagai partai Islam, sama sekali tidak ada yang membela Islam dan kepentingan umat Islam yang mayoritas ada di Indonesia,” tegasnya.

Tidak Takut Dicap Teroris

Namun, ketua Bidang Nahi Mungkar DPW FPI Surakarta ini masih husnudzon (berbaik sangka) kepada anggota DPR RI, jangan-jangan mereka secara tidak sadar telah dimanfaatkan oleh pihak asing. Maka dirinya mengingatkan anggota DPR untuk mencabut UU tersebut dan menghimbau kepada para anggota dewan untuk sadar dan bertaubat. “Sebenarnya kalau mau jujur kita tau semua, orang-orang yang ada didalam DPR itu dimanfaatkan oleh kepentingan asing, jadi gak usah mengelak mereka itu,” pesannya.

Ia tidak takut jika suatu hari nanti, FPI dimasukkan sebagai organasasi teroris karena lantang menyuarakan pembubaran Densus 88 dan DPR RI. Baginya, dimasukkan ke dalam organisasi teroris atau tidak, nggak masalah. Justru  dianggap teroris itu lebih bagus, artinya FPI siap perang melawan siapa saja yang menganggap FPI teroris.

"Saya pribadi tidak takut dianggap teroris gara-gara nahi munkar dan teriak-teriak menyampaikan kebenaran untuk selalu menyuarakan dan menuntut pembubaran Densus 88, dan sekarang ini kami tuntut pembubaran DPR RI,” pungkasnya. [Bekti/des]
(voa-islam.com)

Aktivis Islam Kecam DPR & PKS yang Setujui RUU Pendanaan Terorisme

SOLO (voa-islam.com) – RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme akhirnya pada selasa (12/2/2013)lalu akhirnya disahkan di Jakarta oleh DRP RI melalui rapat paripurna yang dihadiri 350 anggota DPR, dipimpin oleh Priyo Budi Santoso, wakil ketua DPR RI dari Partai Golkar.

Sebelumnya, Panitia Khusus (Pansus) telah menggodok draft RUU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme Persetujuan di Komisi I DPR RI yang dipimpin oleh Adang Daradjatun dari Fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Dalam rapat yang cukup lama dan alot tersebut,  Komisi I DPR RI menyetujui RUU tersebut dan kemudian dibawa ke rapat paripurna DPR RI setelah pembacaan hasil kerja Pansus dan akhirnya disahkan oleh DPR RI menjadi UU (Undang-Undang).

Pengesahan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme menjadi UU ternyata tak luput dari perhatian dan pengamatan sejumlah aktivis ormas Islam, salah satunya adalah Ketua DPW FPI Surakarta Ustadz Khoirul RS.

Setelah mempelajari pasal-pasal yang ada dalam RUU tersebut -- cerminan dari gagasan kalangan nasionalis dan kapitalis yang ditunggani Zionis—ada indikasi untuk menjegal langkah penegakan syari’at islam oleh ormas Islam yang dianggap radikal.

“Pasal-pasal itu gagasan nasionalis dan kapitalis Zionis. Jadi saat ini umat Islam harus tegas dalam bersikap. Pasal-pasal itu semuanya menjerat ke kelompok Islam seperti FPI, JAT, HTI dan ormas islam lainnya yang dianggap “keras” oleh Pemerintah,” kata Ustadz Khoirul kepada voa-islam.

Menurutnya, persetujuan RUU tersebut yang diajukan oleh Pemerintah dan kemudian disahkan menjadi UU oleh DPR RI adalah sesuatu yang konyol. “Jika teroris itu ditujukan kepada aktivis islam yang selama ini menyerukan tegaknya syari’at islam, jelas konyol,” ucapnya.

Ketua DPW FPI Surakarta ini melihat bahwa tujuan disahkannya RUU tersebut tidak lain hanya untuk melemahkan dan menghancurkan perjuang umat Islam. Maka dari itu, dirinya mengajak kaum muslimin semuanya dan tokoh-tokoh masyarakat, serta para ulama, tidak hanya lantang menyuarakan dan menuntut pembubaran Densus 88, namun DPR RI juga harus dibubarkan karena telah mensahkan RUU yang sangat mengancam dan merugikan umat Islam itu.

“Saya lihat UU itu untuk membumihanguskan perjuangan Islam. Maka sudah sepantasnya bahwa kita harus menantang UU ini. Dan tugas kita sekarang ini tidak lain, menuntut pembubaran Densus 88 dan juga menyatakan perang terbuka kepada DPR RI yang telah menyetujui RUU itu menjadi UU,” tegasnya. [Bekti/des]

Wednesday, February 20, 2013

Rusia kirim empat kapal perang ke perairan Suriah

MOSKOW – Empat kapal perang Rusia tengah dalam perjalanan menuju Laut Mediterania di dekat wilayah perairan Suriah, ujar Kementerian Pertahanan Rusia.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (19/2/2013), Menteri Pertahanan Rusia mengatakan keempat kapal tersebut akan bergabung dengan kapal pengawal dan kapal-kapal kecil lainnya yang saat ini bertugas di daerah itu.

Harian Rusia, Ria Novosti mengutip sumber militer menuliskan bahwa tugas utama dari kapal-kapal tersebut belum diketahui namun sumber mengklaim kapal akan dikerahkan untuk mengevakuasi warga Rusia yang berada di Suriah.

“Meskipun tugas kapal perang belum diumumkan, dapat diasumsikan mengingat perkembangan situasi di wilayah tersebut, pekerjaan utama mereka akan mengambil bagian dalam evakuasi warga Rusia dari Suriah,” kata sumber itu, kepada kantor berita Rusia.

Sebelumnya pada bulan Januari lalu, Rusia mengerahkan lima kapal yang membawa kendaraan militer dan ratusan marinir ke Laut Mediterania timur.  Sumber-sumber diplomatik mengklaim bahwa kapal tersebut dikerahkan untuk berpartisipasi dalam latihan angkatan laut dan untuk mncegah intervensi militer negara-negara Barat di Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)

HTI bersama ormas Islam minta Densus 88 dibubarkan

JAKARTA – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bersama Tim Pengacara Muslim (TPM) keluarga korban penembakan Densus 88 dan Jamaah Anshorut Tauhid melakukan audiensi ke Komisi III DPR RI. HTI dan TPM memaparkan data dan fakta terkait tindakan zhalim Detasemen Khusus (Densus) anti teror 88 kepada umat Islam beberapa waktu yang lalu dari persoalan Poso, Bima, Kasus penembakan Cawang.

“Dari fakta dapat disimpulkan bahwa densus 88 telah banyak sekali melakukan tindakan zalim, di luar kepantasan, dan kepatutan, serta batas perikemanusiaan berupa penculikan, penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan tanpa dasar hukum (extra judicial killing) yang telah memakan banyak korban dan menimbulkan kesedihan, luka, dan trauma,” Ungkap juru bicara HTI, Ismail Yusanto, selasa siang (19/2/2013).

Menurut laporan yang dibacakan HTI yang berjudul “Sampai kapan kezaliman ini berlangsung”, Densus 88 dinilai telah melakukan pelanggaran HAM berat dan hal ini harus segera dihentikan agar tindak memakan korban lebih banyak lagi.

“Atas tindakan pelanggaran HAM berat tersebut, maka petinggi densus 88 harus dihukum dan Densus 88 harus dibubarkan,” tandas Ismail.

Sementara itu, anggota Komisi III al Muzammil Yusuf dan Adang Darajatun berjanji akan langsung menghubungi pihak terkait meminta penyelesaian mayat Mr.X dan diduga bernama Sirajudin yang kini masih berada di kamar mayat RS.Polri untuk segera diidentifikasi dan dipulangkan kepihak keluarganya.

“Saya akan telfon orang di sana, mudah-mudahan via telfon bisa langsung diselesaikan” ucap Muzammil Yusuf yang kali ini belum bisa menghantarkan langsung keluarga ke RS.Polri seperti sebelumnya dan anya bisa membantu melalui telefon.

Keluarga Sirajudin pun, langsung dihantarkan oleh aktifis HTI dan rekan media Islam ke RS.Polri untuk mengidentifikasi mayat mr.X dan menyelesaikan persoalan tersebut. (bilal/arrahmah.com)

Rezim Bengis Suriah bunuh 20 warga sipil di Aleppo dengan Rudal Scud

ALEPPO–Misil rezim Suriah telah membunuh sedikitnya 20 orang di Aleppo pada Selasa (19/2/2013), ujar aktivis Suriah seperti dilansir Reuters.

Penggunaan rudal besar menargetkan perumahan di sebuah distrik di Aleppo terjadi setelah pejuang Suriah menyerbu dan berhasil menguasai beberapa pangkalan militer rezim selama dua bulan terakhir.

PBB memperkirakan 70.000 orang telah tewas dalam konflik antara pejuang yang sebagian besar Muslim Sunni dengan rezim Assad yang didominasi sekte Alawiyah.

Perang yang telah berlangsung selama dua tahun menghancurkan berbagai fasilitas umum dan warga Suriah harus menjalani hidup yang serba kekurangan.

“Tidak ada bahan bakar yang cukup atau listrik untuk menjalankan pompa sehingga orang-orang meminum air dari sungai Eufrat yang terkontaminasi, mungkin oleh limbah,” ujar perwakilan WHO di Suriah kepada Reuters.

Terkubur di bawah reruntuhan

Di utara Aleppo, aktivis oposisi mengatakan 25 orang masih hilang di bawah reruntuhan tiga gedung yang dihantam rudal.  Mereka mengatakan sisa-sosa senjata menunjukkan rezim Suriah menggunakan rudal Scud dalam melancarkan serangan tersebut.

“Beberapa termasuk anak-anak tewas di rumah sakit,” ujar seorang aktivis Suriah, Mohammad Nour.

Dalam peristiwa lain, pertempuran dilaporkan terjadi di dekat kota Nabak di  jalan raya Damaskus-Homs, rute penting lain yang digunakan rezim untuk memasok pasukan yang setia kepada Assad ke Damaskus. (haninmazaya/arrahmah.com)

Monday, February 18, 2013

Korupsi adalah karena kebutuhan dari Sistem Demokrasi

Ustd Azwir dan Tokoh Ulama Medan
Medan. Ustd Azwir Ibnu Aziz dari DPD HTI Sumut menyatakan Partai-partai Islam merupakan kanalisasi dr sistem demokrasi. "Agar publik menganggap Indonesia negara religius padahal korup", ungkapnya kepada peserta Halqoh Islam dan Peradaban Minggu (17/2) di Amaliun Food Court Medan.

Menurut Ustd Azwir penyebab Gubernur korupsi adalah karena kebutuhan dari sistem demokrasi. Karena untuk menjadi Gubernur seseorang harus menyiapkan dana 70-100 Milyar. "Jadi Gubernur korupsi sudah keharusan dari demokrasi tidak bisa tidak" tegasnya.

Apalagi, kuaknya, selama ini tidak terlihat jelas keberpihakan Gubernur terhadap Umat dan tidak terlihat jelas memperjuangkan kepentingan umat. "Selama sistemnya masih demokrasi Gubernur sebagus apa pun tetap tidak dapat berbuat apa-apa untuk kepentingan umat apalagi untuk menerapkan Syariat Islam", keluhnya.

Sebelumnya Plt Gubernur Sumut menyatakan biaya Pilgub Sumut Capai Rp 564 Milyar (tribunnews.com) sedangkan biaya kampanye Calon Gubernur, jika berkaca dari Pilkada DKI, terendah Rp 4,1 Milyar dan tertinggi Rp 62,6. Sementara Gaji Pokok Gubernur hanya Rp 8 juta.

Sementara Ustd Ayyubi menyatakan umat Islam selalu terjebak pada sistem demokrasi. "Keledai saja tidak mau jatuh ke dalam lubang dua kali. Lha kita manusia, muslim lagi. Sudah berapa kali kita terjebak sama sistem demokrasi. Dengan memilih pemimpin yang tidak menerapkan syariah" tegas beliau.

Ustd Ayyubi menawarkan solusi dalam menyikapi pilkada jalan satu-satunya adalah melakukan perubahan secara terus menerus. Dakwah akan membentuk opini masyarakat. Masyarakat akan bangkit dan menuntut syariah dan khilafah. (fatah)

Para Narasumber
Ibu-Ibu serius mendengarkan
Kaum muslimin mendukung Syariah dan Khilafah
Suasana Halqoh Islam dan Peradaban Amaliun Food Court Medan

HIP 16 : Pilgubsu 2013, Umat Islam Pilih Siapa?

Narasumber HIP Medan
“Pilgubsu 2013, Umat Islam Pilih Siapa?”, begitulah tema dari Halqah Islam dan Peradaban yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di Amaliun Food Court Convention Hall Medan, Minggu (17/2). Tema tersebut bukan berarti Hizbut Tahrir Indonesia mengarahkan umat untuk memilih, menunjuk atau mendukung, namun bertujuan agar masyarakat memiliki pemahaman tentang politik dan dapat mengambil sikap dari sudut pandang Islam, ujar moderator mengawali diskusi ini.

Tingkat partisipasi masyarakat untuk memberikan suara dalam pemilu masih terus terjadi dari tahun ke tahun, “Penurunan amino masyarakat akan turun secara besar-besaran tahun ini terutama umat muslim yang kebanyakan memilih untuk golput.” Kata Majda El-Muhtaj (Kepala Pusat Studi HAM UNIMED).

Menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa sebagian besar masyarakat memilih untuk golput. Banyak hal menguatkan umat menjadi apatis terhadap pemilu, salah satunya adalah kekecewaan umat dikarenakan janji-janji pemilu yang sama sekali tidak pernah membuahkan hasil.

Azwir Ibnu Aziz (DPD I HTI Sumut) menyatakan pilkada banyak membawa kemudaratan yang tidak sedikit kemudian menyulut selisih pendapat di masyarakat hingga ulama. “Katanya kita memilih secara langsung tapi sebenarnya kita dipaksa untuk memilih pilihan yang sudah “dipilihkan” oleh partai yang kebanyakan masyarakat bahkan tidak pernah tahu latar belakang para calon yang mereka pilih” ucap Azwir Ibnu Aziz.

Selain tidak pernah adanya perubahan yang signifikan ditengah masyarakat, janji-janji pemilu kemudian hanya menjadi omong kosong belaka. Hilangnya kepercayaan masyarakat sebagian besar dikarenakan para pemimpin terpilih yang tidak pernah menepati janji-janji yang disampaikan, bahkan oleh pemimpin yang notabene seorang muslim sekalipun, sehingga siapapun yang kemudian menjadi pemimpin nasib umat akan sama saja.

Azwir Ibnu Aziz menambahkan didalam Islam sebelum seorang menjadi pemimpin harus ada akad yang jelas dan harus dipenuhi ketika nanti calon pemimpin ini terpilih, ini jelas sangat bertentangan dengan apa yang terjadi hari ini, lagi pula tidak ada nash atau hukum dalam Al-Qur’an bahkan demokrasi sekalipun yang menyatakan golput itu haram, memilih itu adalah hak bukan kewajiban.

Masalah politik merupakan hal yang sangat penting dalam Islam dimana politik dalam Islam tidak terlepas dari orang dan sistem yang diterapkan. Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA (Guru Besar IAIN SU) menyatakan syarat yang harus dipenuhi sehingga seorang layak menjadi pemimpin dalam Islam adalah beriman, bertaqwa, jujur dan amanah, fatanah serta senantiasa memperjuangkan urusan umat. “Melihat kenyataan, secara relatif dapat dilihat calon pemimpin “cukup” beragama walau tidak akan mungkin sama dengan ulama-ulama besar namun seperti itulah adanya.” Kata Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid menambahkan.

Demokrasi yang hari ini diterapkan menjadikan politik sebagai suatu hal yang mahal dan akhirnya menjadi sarat akan penyelewengan. Kasus korupsi yang terjadi telah menginfeksi seluruh tubuh pemerintahan dari presiden, gubernur, bupati hingga kalangan universitas. Azwir Ibnu Aziz menyatakan korupsi merupakan hal yang mau tidak mau harus dilakukan karena ini merupakan kebutuhan dari sistem demokrasi, untuk menjadi seorang pemimpin berapa uang yang harus disediakan sehingga sudah menjadi rahasia umum semua kalangan yang terlibat dalam pemerintahan akan tersangkut masalah korupsi bahkan kalangan para ulama sekalipun. Karena demokrasi hanya bisa dijalankan dengan dana dan kebutuhan kapitalis yang besar sehingga terjadi kolaborasi antara pemimpin dengan pemilik modal yang sudah pasti akan menanamkan kepentingan, semua seakan terlihat baik dimata masyarakat karena semua dibungkus begitu bagusnya oleh sistem ini.

Islam jelas berbeda dengan demokrasi yang mengedepankan suara rakyat yang diwakilkan sebagai suara Tuhan, sehingga hukum menjadi hal yang begitu mudahnya dibuat sesuai dengan kepentingan sebagian orang terutama pemilik modal yang memenangkan pemilu, sehingga jelas yang semakin dirugikan adalah rakyat sendiri. Berbeda dengan Islam yang juga merupakan sebuah sistem yang menggunakan peraturan dan hukum dari sang Pencipta Allah swt.

Perubahan tidak akan pernah bisa terjadi bila kemudian umat mencoba masuk kedalam sebuah sistem untuk mengubah sistem tersebut, karena yang terjadi adalah orang tersebut akan ikut terlarut dalam sistem. Hudzaifah al-Ayubbi (Anggota DPD I HTI Sumut) menyatakan, “Seharusnya kita mengikuti Rasulullah dalam membangun kesadaran umat, sehingga ketika umat tersadarkan perubahan itu bisa didapatkan tanpa perlu adanya kekerasan”.

Acara ini merupakan diskusi terbuka yang telah menjadi agenda rutin yang dilaksanakan oleh  Hizbut Tahrir Indonesia setiap bulannya. Acara yang di ikuti oleh para tokoh umat dari berbagai lapisan masyarakat maupun para pelajar dan mahasiswa menghadirkan empat pembicara, yaitu Azwir Ibnu Aziz (DPD I HTI Sumut), Majda El-Muntaj (Kepala Pusat Studi HAM UNIMED), Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA (Dosen Besar IAIN SU) dan Hudzaifah al-Ayubbi (Anggota DPD I HTI Sumut). (mukhjihaz)

Tokoh, Alim Ulama Kota Medan
Hadirin sangat antusias
Peserta bertanya
Peserta bertanya