Monday, February 18, 2013

HIP 16 : Pilgubsu 2013, Umat Islam Pilih Siapa?

Narasumber HIP Medan
“Pilgubsu 2013, Umat Islam Pilih Siapa?”, begitulah tema dari Halqah Islam dan Peradaban yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di Amaliun Food Court Convention Hall Medan, Minggu (17/2). Tema tersebut bukan berarti Hizbut Tahrir Indonesia mengarahkan umat untuk memilih, menunjuk atau mendukung, namun bertujuan agar masyarakat memiliki pemahaman tentang politik dan dapat mengambil sikap dari sudut pandang Islam, ujar moderator mengawali diskusi ini.

Tingkat partisipasi masyarakat untuk memberikan suara dalam pemilu masih terus terjadi dari tahun ke tahun, “Penurunan amino masyarakat akan turun secara besar-besaran tahun ini terutama umat muslim yang kebanyakan memilih untuk golput.” Kata Majda El-Muhtaj (Kepala Pusat Studi HAM UNIMED).

Menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa sebagian besar masyarakat memilih untuk golput. Banyak hal menguatkan umat menjadi apatis terhadap pemilu, salah satunya adalah kekecewaan umat dikarenakan janji-janji pemilu yang sama sekali tidak pernah membuahkan hasil.

Azwir Ibnu Aziz (DPD I HTI Sumut) menyatakan pilkada banyak membawa kemudaratan yang tidak sedikit kemudian menyulut selisih pendapat di masyarakat hingga ulama. “Katanya kita memilih secara langsung tapi sebenarnya kita dipaksa untuk memilih pilihan yang sudah “dipilihkan” oleh partai yang kebanyakan masyarakat bahkan tidak pernah tahu latar belakang para calon yang mereka pilih” ucap Azwir Ibnu Aziz.

Selain tidak pernah adanya perubahan yang signifikan ditengah masyarakat, janji-janji pemilu kemudian hanya menjadi omong kosong belaka. Hilangnya kepercayaan masyarakat sebagian besar dikarenakan para pemimpin terpilih yang tidak pernah menepati janji-janji yang disampaikan, bahkan oleh pemimpin yang notabene seorang muslim sekalipun, sehingga siapapun yang kemudian menjadi pemimpin nasib umat akan sama saja.

Azwir Ibnu Aziz menambahkan didalam Islam sebelum seorang menjadi pemimpin harus ada akad yang jelas dan harus dipenuhi ketika nanti calon pemimpin ini terpilih, ini jelas sangat bertentangan dengan apa yang terjadi hari ini, lagi pula tidak ada nash atau hukum dalam Al-Qur’an bahkan demokrasi sekalipun yang menyatakan golput itu haram, memilih itu adalah hak bukan kewajiban.

Masalah politik merupakan hal yang sangat penting dalam Islam dimana politik dalam Islam tidak terlepas dari orang dan sistem yang diterapkan. Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA (Guru Besar IAIN SU) menyatakan syarat yang harus dipenuhi sehingga seorang layak menjadi pemimpin dalam Islam adalah beriman, bertaqwa, jujur dan amanah, fatanah serta senantiasa memperjuangkan urusan umat. “Melihat kenyataan, secara relatif dapat dilihat calon pemimpin “cukup” beragama walau tidak akan mungkin sama dengan ulama-ulama besar namun seperti itulah adanya.” Kata Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid menambahkan.

Demokrasi yang hari ini diterapkan menjadikan politik sebagai suatu hal yang mahal dan akhirnya menjadi sarat akan penyelewengan. Kasus korupsi yang terjadi telah menginfeksi seluruh tubuh pemerintahan dari presiden, gubernur, bupati hingga kalangan universitas. Azwir Ibnu Aziz menyatakan korupsi merupakan hal yang mau tidak mau harus dilakukan karena ini merupakan kebutuhan dari sistem demokrasi, untuk menjadi seorang pemimpin berapa uang yang harus disediakan sehingga sudah menjadi rahasia umum semua kalangan yang terlibat dalam pemerintahan akan tersangkut masalah korupsi bahkan kalangan para ulama sekalipun. Karena demokrasi hanya bisa dijalankan dengan dana dan kebutuhan kapitalis yang besar sehingga terjadi kolaborasi antara pemimpin dengan pemilik modal yang sudah pasti akan menanamkan kepentingan, semua seakan terlihat baik dimata masyarakat karena semua dibungkus begitu bagusnya oleh sistem ini.

Islam jelas berbeda dengan demokrasi yang mengedepankan suara rakyat yang diwakilkan sebagai suara Tuhan, sehingga hukum menjadi hal yang begitu mudahnya dibuat sesuai dengan kepentingan sebagian orang terutama pemilik modal yang memenangkan pemilu, sehingga jelas yang semakin dirugikan adalah rakyat sendiri. Berbeda dengan Islam yang juga merupakan sebuah sistem yang menggunakan peraturan dan hukum dari sang Pencipta Allah swt.

Perubahan tidak akan pernah bisa terjadi bila kemudian umat mencoba masuk kedalam sebuah sistem untuk mengubah sistem tersebut, karena yang terjadi adalah orang tersebut akan ikut terlarut dalam sistem. Hudzaifah al-Ayubbi (Anggota DPD I HTI Sumut) menyatakan, “Seharusnya kita mengikuti Rasulullah dalam membangun kesadaran umat, sehingga ketika umat tersadarkan perubahan itu bisa didapatkan tanpa perlu adanya kekerasan”.

Acara ini merupakan diskusi terbuka yang telah menjadi agenda rutin yang dilaksanakan oleh  Hizbut Tahrir Indonesia setiap bulannya. Acara yang di ikuti oleh para tokoh umat dari berbagai lapisan masyarakat maupun para pelajar dan mahasiswa menghadirkan empat pembicara, yaitu Azwir Ibnu Aziz (DPD I HTI Sumut), Majda El-Muntaj (Kepala Pusat Studi HAM UNIMED), Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA (Dosen Besar IAIN SU) dan Hudzaifah al-Ayubbi (Anggota DPD I HTI Sumut). (mukhjihaz)

Tokoh, Alim Ulama Kota Medan
Hadirin sangat antusias
Peserta bertanya
Peserta bertanya

0 komentar:

Post a Comment