Wednesday, May 1, 2013

Cegah Suriah Jatuh ke tangan Pejuang Islam, Amerika dan Rusia Kerahkan Pasukan Dekati Suriah

Kondisi Rezim Assad yang menjelang ajal dan semakin menguatnya pengaruh pejuang Islam Suriah membuat Barat dan sekutunya sangat khawatir. Meskipun tampak bersebrangan, Amerika dan Suriah sepakat untuk mencegah berdirinya Negara Khilafah Islam di Suriah. Karena itu, kedua negara ini mengirim pasukannya mendekati Suriah.

Gelombang pertama dari sebanyak 400 tentara Amerika Serikat mulai tiba di Turki dekat perbatasan Suriah, Jumat (4/1). Mereka adalah bagian dari pasukan AS yang akan mengawaki sistem rudal Patriot. Alasan tipuan yang dipakai Amerika adalah menjaga Turki dari kemungkinan serangan udara dan rudal Suriah.
Semua personel militer AS itu akan didaratkan hingga beberapa hari mendatang di Pangkalan Udara Incirlik di Turki selatan. Menurut juru bicara Pentagon, di Washington, Jumat, rudal Patriot dan peralatan pendukungnya baru akan datang beberapa hari lagi.

Peran Turki sebagai boneka Amerika semakin tampak jelas. Dengan alasan menghadapi ancaman Suriah yang bergolak, Turki sebagai anggota NATO meminta bantuan pasukan NATO. Permintaan bantuan dilakukan terutama setelah beberapa kali terjadi insiden, seperti jatuhnya sejumlah peluru roket dan artileri Suriah di wilayah Turki.

Sikap tegas mujahidin menolak campur tangan Amerika, menolak demokrasi, dan menginginkan negara Islam membuat Amerika sangat khawatir. Setelah berupaya mensolidkan front politik oposisi melalui Aliansi Nasional , Amerika berupaya menyatukan pasukan oposisi Suriah di bawah kontrolnya.

Dalam reorganisasi sayap militer ini, Amerika berupaya menyingkar kelompok mujahidin yang menolak berkompromi dengan Amerika terutama Brigade Jabhat al Nusra dan Ahrar al Sham. Amerika pun menuding pasukan mujahidin Jabhat al Nusra sebagai teroris.

Dalam pertemuan di Turki pada Sabtu (8/12), komando pasukan gabungan oposisi yang baru terbentuk sepakat memilih Brigadir Salim Idris sebagai komandan tertinggi. Idris adalah salah satu perwira militer Suriah yang membelot. Dalam pertemuan ini diklaim dihadiri 500 utusan faksi militer oposisi yang telah memilih 30 anggota Dewan Militer Tertinggi dan satu kepala staf.

Pertemuan yang diadakannya di Turki ini sekaligus menunjukkan pengkhianatan rezim Erdogan , sebagaimana penguasa Qatar, yang menjadi fasilitator pertemuan-pertemuan yang dirancang untuk kepentingan penjajahan Amerika di kawasan ini. Dalam strateginya, Amerika memang menggunakan kaki tangannya di kawasan ini ,yaitu penguasa-penguasa Arab untuk menjalankan kepentingan dan strategi politik luar negerinya.

Sebelumnya, gabungan kelompok Mujahidin Suriah yang berperang langsung melawan rezim bengis Assad menolak Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, aliansi baru yang dibentuk pada pertemuan di Qatar pada 11 November 2012 lalu.

Rusia Kerahkan Pasukan

Sementara itu Lima kapal perang Rusia yang sarat dengan ratusan tentara sedang menuju Suriah. Alasan tipuan yang digunakan Rusia adalah untuk mencegah pasukan Barat melakukan intervensi di negara yang sedang dilanda perang

Sebagai yang dilansir Sunday Times dengan mengutip para diplomat Rusia, disebutkan kapal-kapal itu untuk mengevakuasi ribuan orang Rusia yang masih ada di Suriah jika situasi di negara itu memaksannya.

Namun, sebuah sumber intelijen Rusia dikutip mengatakan bahwa kehadiran lebih dari 300 marinir di kapal itu dimaksudkan untuk mencegah negara-negara Barat tidak mendaratkan pasukan khusus di negara itu.
“Rusia harus siap atas setiap perkembangan, karena percaya situasi di Suriah mungkin akan mencapai puncaknya sebelum Paskah,” seperti dikutip sumber diplomatik Rusia.

Kapal-kapal itu sedang menuju ke pelabuhan Tartus, di mana Rusia telah mengoperasikan fasilitas angkatan lautnya sejak penandatanganan perjanjian dengan ayah Bashar Assad, Hafez, pada tahun 1971.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kapal-kapal itu sedang mempersiapkan sebuah manuver angkatan laut yang besar yang bertujuan untuk “meningkatkan manajemen, pemeliharaan dan pengujian interaksi angkatan laut.”

The Times mengutip sebuah sumber di Israel yang mengatakan kekuatan Rusia akan mengambil langkah “untuk mempertahankan koridor Alawi yang membentang antara perbatasan Lebanon di selatan hingga perbatasan Turki di utara.”

Sementara itu, Israel menggunakan kekhawatiran senjata kimia jatuh ke tangan Mujahidin sebagai alasan intervensi ke Suriah. Pada akhir Desember terungkap bahwa Netanyahu telah mengadakan pembicaraan rahasia di Yordania mengenai metode yang mungkin untuk menghancurkan senjata kimia Assad, termasuk senjata serangan udara atau serangan darat, namun Amman terlihat enggan melakukannya.

Menurut Jeffrey Goldberg dari The Atlantic, Israel telah dua kali meminta “izin” dari Yordania untuk mengebom Suriah, tapi ditolak. Para pejabat Mossad pergi ke Yordania untuk membahas masalah itu dan dilaporkan bahwa Amman merasa “waktunya tidak tepat.”

The Times of London melaporkan bahwa AS, bersama dengan beberapa negara sekutu kuncinya, siap melancarkan intervensi militer di Suriah jika senjata kimia terhadap jatuh ke tangan para pejuang.

Sebuah sumber militer mengatakan kepada Times bahwa pasukan AS bisa siap bersiaga dengan “cepat, dalam beberapa hari,” dan tersirat bahwa pasukan yang diperlukan sudah berada di wilayah tersebut.

Sikap Amerika dan Suriah yang tampak berbeda dan bersebrangan sebenarnya hanyalah merupakan tipuan belaka. Kedua negara itu pada hakekatnya berusaha mengulur waktu karena hingga saat ini belum mendapatkan rezim pengganti Assad yang tepat dan bisa dikontrol oleh Barat.

Mereka juga berusaha menakuti pejuang Suriah, bahwa kalau negara itu jatuh ke tangan mujahidin, koalisi Amerika, Rusia , plus Israel akan melakukan serangan.

Ancaman yang tidak pernah akan membuat gentar para pejuang Islam yang menyandarkan kemenangan dan pertolongan hanya kepada Allah SWT semata-mata. Para mujahidin dengan dukungan rakyat semakin kokoh untuk menolak intervensi Barat dan tawaran sistem demokrasi. Mereka juga menginginkan tegaknya syariah dan Khilafah.

Di sisi lain, banyak pengamat yang memperkirakan Amerika sebenarnya khawatir untuk intervensi militer langsung ke Suriah. Front perang Irak dan Afghanistan saja sudah merepotkan negara yang terancam bangkrut itu.

Dengan izin Allah segala bentuk makar Amerika dan sekutunya ini akan gagal. Tawaran demokrasi Amerika , insya Allah , tidak akan laku di Suriah. Karena rakyat Suriah menginginkan berdirinya negara Islam, negara Khilafah di sana. Bumi Syam yang diberkahi Allah SWT , sudah dibasahi oleh darah para mujahidin yang syahid. Dengan pertolongan Allah bumi asy Syam tidak akan bisa dikotori oleh para pengkhianat-pengkhianat yang menjadi kaki tangan Amerika !(rz/af)

0 komentar:

Post a Comment