Thursday, May 2, 2013

Anomali Demokrasi





Ada banyak orang yang merasa keren ketika dirinya memperjuangkan demokrasi. Seolah-olah demokrasi adalah titik puncak idealnya sistem yang ada di tengah-tengah umat manusia. Ketika memperjuangkan demokrasi tandanya memperjuangkan kemanusiaan. Padahal sebenarnya demokrasi justru alat untuk menjajah kemanusiaan.

Ada pebedaan sangat jauh antara semboyan-semboyan demokrasi dengan kenyataan penerapan demokrasi. Suara rakyat yang menjadi roh dari demokrasi dan selalu diagung-agungnya, seolah-olah musnah dan sirna pada tataran kenyataan. Sebab praktek-praktek demokrasi ternyata sering kali bertentangan dengan kehendak mayoritas rakyat. Dengan amat sederhana hal ini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ketika Indonesia diguncang isu kenaikan harga BBM, terjadilah pergolakan di tengah-tengah rakyat. Penolakan meledak di mana-mana. Wajar saja, sebab siapa orangnya yang mau harga BBM dinaikkan? Kalau dia rakyat jelata pastilah dia akan menolak rencana kenaikan harga BBM itu. Hidup rakyat yang sudah menderita dipastikan akan semakin menderita dengan dinaikkannya harga BBM. Sebagian besar rakyat menolak, dan menurut konsep-konsep demokrasi seharusnya hal itu cukup untuk menggagalkan kenaikan harga BBM. Tapi ternyata harga BBM tetap saja naik, tanpa kompromi. Para ahli kemudian mengungkap bahwa kenaikan harga BBM ini ternyata demi membela kepentingan para kapitalis asing yang ingin mengembangkan bisnisnya di negeri ini. Hal ini makin parah dengan pengakuan pemerintah sendiri bahwa memang seperti itulah yang terjadi.

Mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam sebuah kesempatan pernah menyatakan bahwa kalau harga BBM tidak naik maka pemain asing enggan masuk untuk bermain di sektor hilir migas. Jelas sekali adanya pemerintahan kita bukanlah untuk mewujudkan kepentingan rakyat sebesar-besarnya, melainkan untuk kepentingan para kapitalis asing, dan demokrasi dijadikan topengnya.

Tidak bisa tidak, demokrasi mesti dihancurkan dan dibuang ke tong sampah peradaban. Sebab alih-alih mewujudkan pemerintahan yang bisa mensejahterakan rakyat, demokrasi justru mewujudkan pemerintahan yang berlakuk sebagai antek para kapitalis. Pengganti dari ini semua adalah sistem syariat Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah, yang insyaallah akan tegak tak lama lagi.

0 komentar:

Post a Comment