Sunday, January 20, 2013

Tokoh dan Ulama di Deliserdang Hadiri Dirosah Syar’iah di Tembung

Pilar Demokrasi Bertentangan dengan Islam
HTI Sumut -Deliserdang

“Hakikat demokrasi selama ini telah disembunyikan. Inti demokrasi adalah menjadikan manusia sebagai Tuhan. Demokrasi lahir dari akidah sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan. Ini sangat bertentangan dengan ajaran agama kita, islam.”

Pernyataan itu disampaikan Dr. HM. Rahmad Kurnia, MSi di hadapan sejumlah tokoh dan ulama Kabupaten Deliserdang, Minggu (20/1) pada acara Dirosah Syar’iyah yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumut di aula Kantor Camat Percut Sei Tuan, Jalan Besar Tembung.   

Demokrasi, katanya, tidak hanya sekadar memilih pemimpin, demokrasi tidak hanya sekadar suara rakyat di dengar, demokrasi tidak hanya sekadar musyawarah, tetapi demokrasi adalah sebuah ideologi yang terkait dengan kepercayaan beragama.

Selama ini keburukan demokrasi , papar dosen Pasca Sarjana IPB itu, sengaja dikemas sedemikian rupa sehingga banyak umat yang tidak menyadari hakikat demokrasi tersebut.

“Padahal demokrasi itu memiliki pilar-pilar yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam, yakni sekuler, kedaulatan di tangan rakyat, dan liberal. Dari pilar-pilar inilah biang dari kehancuran umat,” ucap Rahmat Kurnia.

Ustadz ini juga menunjukkan realita kondisi umat di dunia saat ini, dimana banyak yang melakukan kemaksiatan, kezoliman dan kekufuran secara nyata. Ironisnya, hal itu dilindungi oleh demokrasi dengan mengatasnamakan hak azasi manusia.

Atas nama kebebasan dan HAM, setiap orang bebas berpindah-pindah agama atau bahkan tidak beragama, setiap orang juga boleh berbuat zina sepanjang tidak ada yang merasa dirugikan. “Pornografi dan porno aksi semakin marak karena berlindung pada dalih kebebasan berekspresi,” ucapnya.

Rahmad Kurnia juga menyebutkan dengan demokrasi maka masalah batasan halal dan haram menjadi tidak jelas. Itu terjadi karena demokrasi menjadikan daya fikir manusia sebagai sumber hukum. Jika lebih banyak yang setuju dengan kemaksiatan, maka kemaksiatan itu dianggap sesuatu yang sah dan baik.

Lebihlanjut ustadz itu menjelaskan firman Allah dalam surat Al An’am ayat 57 yang menyebutkan “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” dan surat An Nisa’ ayat 65 yang menyebutkan “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan”.

Ayat itu menjadi parameter bahwa siapa saja yang berhukum dengan hukum selain yang datangnya Allah dan tidak menaati rasulullah maka ke-Islaman-nya dipertanyakan.

Pada bagian lain, penceramah itu menyebutkan bahwa musyawarah dalam sistem Islam itu ada, namun sangat berbeda dengan musyawarah yang dianut demokrasi. Jika pada demokrasi setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan pada daya fikir manusia dan voting (suara terbanyak), maka dalam Islam penentuan keputusan itu harus mengacu kepada hukum-hukum Allah.

“Untuk urusan hukum, misalnya pornografi boleh atau tidak. Maka sandaran islam jelas, bahwa membuka aurat hukumnya haram, maka  itu dilarang dan tidak ada alasan untuk seni atau atas nama kebebasan berekspresi. Dan tidak perlu uji publik, apakah rakyat setuju atau tidak,” paparnya.

Berbeda dengan persoalan yang mubah atau harus, jika ada perbedaan pendapat itu boleh dilakukan voting. Misalnya, apakah pemilihan khalifah dilakukan secara langsung atau melalui perwakilan,itu bisa dimusyawarahkan karena itu persoalan teknis.

Sebelumnya, Ustadz Ali Rukun, ST., SPd., selaku penanggungjawab HTI wilayah Tembung mengajak seluruh peserta mengambil hikmah dari acara yang digelar tersebut. Dia juga mengharapkan kegiatan itu mampu meningkatkan kesadaran umat tentang penting dan perlunya penegakan syariat Islam di tengah-tengah umat yang sedang galau saat ini.

Ustadz Syaiful yang bertindak selaku moderator pada acara itu meyakinkan kepada para peserta bahwa acara serupa akan rutin dilakukan di daerah tersebut dalam rangka menjawab “kehausan” umat atas pemahaman tentang syariat Islam.

Pernyataan itu sekaligus menjawab keinginan beberapa peserta yang mengaku baru pertama kali mendapatkan pemahaman Islam yang sangat kompleks tersebut dari HTI. Selama ini, mereka mengaku hanya mendapatkan penjelasan tentang Islam hanya pada perkara ibadah ritual semata seperti shalat, zakat dan puasa, namun perkara tentang ekonomi islam dan politik Islam, nyaris tidak pernah mendapatkannya. ()

Foto-foto Acara :


0 komentar:

Post a Comment