Pilar Demokrasi Bertentangan
dengan Islam
HTI Sumut -Deliserdang
“Hakikat demokrasi selama ini telah disembunyikan. Inti demokrasi adalah menjadikan manusia sebagai Tuhan. Demokrasi lahir dari akidah sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan. Ini sangat bertentangan dengan ajaran agama kita, islam.”
Pernyataan itu
disampaikan Dr. HM. Rahmad Kurnia, MSi di hadapan sejumlah tokoh dan ulama Kabupaten
Deliserdang, Minggu (20/1) pada acara Dirosah Syar’iyah yang digelar Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) Sumut di aula Kantor Camat Percut Sei Tuan, Jalan Besar Tembung.
Demokrasi, katanya,
tidak hanya sekadar memilih pemimpin, demokrasi tidak hanya sekadar suara
rakyat di dengar, demokrasi tidak hanya sekadar musyawarah, tetapi demokrasi
adalah sebuah ideologi yang terkait dengan kepercayaan beragama.
Selama ini
keburukan demokrasi , papar dosen Pasca Sarjana IPB itu, sengaja dikemas
sedemikian rupa sehingga banyak umat yang tidak menyadari hakikat demokrasi tersebut.
“Padahal demokrasi
itu memiliki pilar-pilar yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam, yakni
sekuler, kedaulatan di tangan rakyat, dan liberal. Dari pilar-pilar inilah
biang dari kehancuran umat,” ucap Rahmat Kurnia.
Ustadz ini juga
menunjukkan realita kondisi umat di dunia saat ini, dimana banyak yang
melakukan kemaksiatan, kezoliman dan kekufuran secara nyata. Ironisnya, hal itu
dilindungi oleh demokrasi dengan mengatasnamakan hak azasi manusia.
Atas nama kebebasan
dan HAM, setiap orang bebas berpindah-pindah agama atau bahkan tidak beragama,
setiap orang juga boleh berbuat zina sepanjang tidak ada yang merasa dirugikan.
“Pornografi dan porno aksi semakin marak karena berlindung pada dalih kebebasan
berekspresi,” ucapnya.
Rahmad Kurnia juga
menyebutkan dengan demokrasi maka masalah batasan halal dan haram menjadi tidak
jelas. Itu terjadi karena demokrasi menjadikan daya fikir manusia sebagai
sumber hukum. Jika lebih banyak yang setuju dengan kemaksiatan, maka
kemaksiatan itu dianggap sesuatu yang sah dan baik.
Lebihlanjut ustadz
itu menjelaskan firman Allah dalam surat Al An’am ayat 57 yang menyebutkan
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” dan surat An Nisa’ ayat 65 yang
menyebutkan “Maka demi Tuhanmu, mereka
(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim
(pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan”.
Ayat itu menjadi
parameter bahwa siapa saja yang berhukum dengan hukum selain yang datangnya
Allah dan tidak menaati rasulullah maka ke-Islaman-nya dipertanyakan.
Pada bagian lain,
penceramah itu menyebutkan bahwa musyawarah dalam sistem Islam itu ada, namun
sangat berbeda dengan musyawarah yang dianut demokrasi. Jika pada demokrasi
setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan pada daya fikir manusia dan voting
(suara terbanyak), maka dalam Islam penentuan keputusan itu harus mengacu
kepada hukum-hukum Allah.
“Untuk urusan
hukum, misalnya pornografi boleh atau tidak. Maka sandaran islam jelas, bahwa
membuka aurat hukumnya haram, maka itu
dilarang dan tidak ada alasan untuk seni atau atas nama kebebasan berekspresi.
Dan tidak perlu uji publik, apakah rakyat setuju atau tidak,” paparnya.
Berbeda dengan
persoalan yang mubah atau harus, jika ada perbedaan pendapat itu boleh
dilakukan voting. Misalnya, apakah pemilihan khalifah dilakukan secara langsung
atau melalui perwakilan,itu bisa dimusyawarahkan karena itu persoalan teknis.
Sebelumnya, Ustadz
Ali Rukun, ST., SPd., selaku penanggungjawab HTI wilayah Tembung mengajak
seluruh peserta mengambil hikmah dari acara yang digelar tersebut. Dia juga
mengharapkan kegiatan itu mampu meningkatkan kesadaran umat tentang penting dan
perlunya penegakan syariat Islam di tengah-tengah umat yang sedang galau saat
ini.
Ustadz Syaiful yang
bertindak selaku moderator pada acara itu meyakinkan kepada para peserta bahwa
acara serupa akan rutin dilakukan di daerah tersebut dalam rangka menjawab
“kehausan” umat atas pemahaman tentang syariat Islam.
Pernyataan itu
sekaligus menjawab keinginan beberapa peserta yang mengaku baru pertama kali
mendapatkan pemahaman Islam yang sangat kompleks tersebut dari HTI. Selama ini,
mereka mengaku hanya mendapatkan penjelasan tentang Islam hanya pada perkara
ibadah ritual semata seperti shalat, zakat dan puasa, namun perkara tentang
ekonomi islam dan politik Islam, nyaris tidak pernah mendapatkannya. ()
Foto-foto Acara :
Foto-foto Acara :
0 komentar:
Post a Comment